Awalnya
sih gue nulis naskah ini untuk film pendek yang bakal gue buat sama teman-teman
gue di komunitas filmmaker. Sayang banget,
baru setengah jalan, komunitas gue buuu-barrrr. Yah biasa... cekcok gitu. Dari pada
ribut mulu, ya terpaksa dibubarin.
Naskah
gue, ya tinggal naskah biasa, nggak jadi apa-apa! Daripada gitu, gue share aja bagi yang suka baca. Ini SKENARIO
pertama gue yang bisa gue selesain sejak gue punya minat jadi PENULIS SKENARIO.
Selamat
membaca dan berkhayal... ^-^
-CINTA SENDIRIAN-
IDE
CERITA : VEKS (VIDEO EDITING KOTA
SAKTI)
PENULIS
SKENARIO : VEKS
RAYA MIPI
GENRE : ROMANCE
CAST : DEA
NANDO
SERA
JUAN
PREMIS
: Nando pikir pertemuannya
dengan Dea adalah takdir yang disebutnya CINTA. Dea sendiri sebaliknya, bagi
Dea pertemuannya dengan Nando adalah kesialan yang harus ia hindari.
1.
EXT. TAMAN - SORE
Nando berjalan menyusuri taman dengan sebuah
kamera yang digantung di lehernya. Nando memotret apa saja yang ia temui. Tak
jauh dari tempat Nando, dua orang gadis duduk santai sambil bercerita.
Nando asyik memotret sampai tidak menyadari
jaraknya semakin dekat dengan kedua gadis itu. Nando berjalan mundur saat
mendapati seekor kupu-kupu cantik dalam viewport-nya.
Lensa kamera Nando mengikuti kemanapun kupu-kupu itu terbang.
Brukkk... Tanpa sengaja, Nando menabrak salah
satu gadis itu dan jatuh. Kedua gadis itu terkejut, berdiri. Dea, gadis yang
ditabrak Nando bersungut kesal.
DEA
Hei!(teriak).
NANDO
Sorry, sorry... elo nggak
pa-pa?
DEA
Gimana gue nggak pa-pa, elo
udah nabrak gue! Tangan gue sakittt tahu!
Dea memegangi tangan kanannya yang terasa
nyeri.
DEA
Lagian, mata elo kemana sih?
Nggak dipake, apa?!
NANDO
Sorry banget! Gue emang salah,
gue terlalu asyik motret, nggak tahu kalau ada elo di belakang gue. Sini, gue
lihat tangan elo...
Nando menjulurkan tangannya, ingin meraih
tangan Dea. Dea langsung menepis tangan Nando.
DEA
Hei... modus ya biar bisa
megang tangan gue?!
NANDO
Nggak, Nggak! Gue nggak ada
maksud apa-apa.
DEA
Alasan! Bilang aja elo sengaja,
iya kan?!
SERA
Udahlah De, jangan ribut. Malu
dilihatin orang-orang.
Dea menoleh pada sahabatnya, Sera.
DEA
Pulang
yuk!
Dea menyambar tasnya dan berlalu pergi.
SERA
Sorry ya, dia kalau lagi bete
emang suka marah-marah.
Nando mengangguk maklum.
Sera berlari menyusul Dea.
Nando hanya geleng-geleng kepala menatap
punggung kedua gadis itu yang menjauh.
2.
INT. KAMAR NANDO - MALAM
Nando duduk di depan laptopnya yang menyala.
Tangan Nando memencet tanda panah ke kanan yang menampilkan gambar-gambar hasil
jepretannya seharian ini. Tangan Nando berhenti ketika layar laptopnya menampilkan
wajah Dea, gadis yang tidak sengaja ia tabrak tadi sore di taman.
NANDO
Lho... kok? (bingung).
Mata Nando menerawang jauh. Nando jadi ingat,
saat bertabrakan tadi Nando tidak sengaja memotret gadis itu. Wajah gadis itu
terlihat terkejut dalam foto. Nando memperhatikan lekat-lekat. Meskipun tidak
tersenyum, wajah gadis itu cukup menarik.
Nando menyungingkan senyum tipis. Matanya tak
lepas dari wajah gadis di foto itu.
NANDO
Nggak, nggak! (menggeleng). Dia
kan jutek banget!
Nando menutup laptopnya sebelum khayalannya
tentang gadis itu semakin jauh.
3.
EXT. KORIDOR KAMPUS - PAGI
Nando berjalan santai sambil sesekali menyapa
teman-temannya yang berpapasan dengannya. Saat membelok di ujung koridor,
seorang gadis muncul, hampir bertabrakan dengan Nando. Nando menyurut mundur. Nando
terperangah, ia tidak asing dengan wajah gadis itu, bergitupun gadis itu yang
merasa mengenal Nando.
NANDO
Hai... (tersenyum ramah) ketemu
lagi! Elo cewek yang kemarin, kan?
DEA
Elo... lagi?! (mendengus).
Dunia ini kecil banget ya? Bisa-bisanya gue ketemu elo lagi?!
NANDO
Takdir mungkin?! Ternyata...
kita kuliah di kampus yang sama. Berarti kita akan lebih sering bertemu. Gue...
Nando.
Nando mengulurkan tangan, mengajak
bersalaman. Dea hanya melirik sekilas tangan Nando yang terjulur ke arahnya.
DEA
Bukan takdir, tapi kesialan gue
ketemu elo.
Dea berlalu bergitu saja.
NANDO
Ini memang takdir (teriak).
Sampai ketemu lagi!
Nando melambaikan tangannya, meski Dea sama sekali
tidak melihat lambaian tangan Nando.
4.
INT. KANTIN KAMPUS – PAGI
Dea memainkan gelas minumannya yang tersisa
setengah. Dea tidak bersemangat, pikirannya kacau. Sera yang duduk di depan Dea
jadi prihatin.
SERA
Masih bete?
Dea mengangguk. Dea menghembuskan nafas
panjang. Ia menoleh ke samping, tanpa sengaja menangkap sosok yang sangat
menyebalkan baginya. Nando yang duduk di pojok kantin tersenyum menyapa. Dea
mengalihkan pandangan, tidak suka.
DEA
Kok bisa ya dia ada dimana-mana?
Bikin kesal aja!
SERA
Siapa?
DEA
Tuh!
Dea menunjuk Nando dengan dagunya.
SERA
Itu kan cowok yang nabrak elo
kemarin. Kuliah disini juga? Kok baru sekarang lihat di kampus? Cowok itu
ngambil jurusan apa? Elo udah tahu namanya belum?
DEA
Hei... elo kayak wartawan aja banyak
tanya! Elo suka sama cowok itu, tanya sendiri sana!
SERA
Hahaha... Nggaklah! Mana mungkin
gue suka sama cowok yang nggak kita kenal itu. Tapi tunggu... elo bete karna
cowok itu? Atau...
DEA
Dua-duanya. Gue sebel, gue
bete. Dia pergi nggak ngasih tahu gue, mana sampai sekarang nggak ngasih kabar
lagi. Eh, gue malah ketemu cowok rese’, lengkapkan penderitaan gue?!
DISSOLVE TO
5.
EXT. PARKIRAN KAMPUS - SIANG
Dea berkali-kali menstarter motor maticnya.
DEA
Ayolah...
Dea memainkan kunci motornya, memutar kekanan
dan kekiri, menghidupkan dan mematikan.
DEA
Ah... pakai mogok lagi
(menggerutu).
NANDO
Motor
elo kenapa? Mogok?
Dea menoleh, tahu-tahu saja Nando sudah
berdiri di sebelahnya.
NANDO
Butuh bantuan?
DEA
Elo bisa, apa?!
Nando mengangguk mantap. Nando mengotak-atik
motor Dea. Selang beberapa menit, motor Dea akhirnya bisa distarter.
DEA
Lho, kok?! (bingung).
NANDO
Takdir mungkin?! Motor elo
tiba-tiba mogok biar bisa gue benerin.
DEA
Takdir! Takdir! Takdir lagi!
Elo percaya banget ya sama takdir?! Hati-hati lho, takdir tidak berpihak sama
siapapun.
NANDO
Takdir berpihak sama gue.
Buktinya, kita dipertemukan terus. Sekarang kita impas kan? Gue nabrak elo
nggak sengaja dan gue nembus kesalahan gue dengan benerin motor elo. Deal?
DEA
Terserah...
Dea acuh tak acuh menjalankan motornya
meninggalkan Nando.
NANDO
Hei... elo belum bilang terima
kasih. Elo juga belum ngasih tahu nama elo (teriak).
Dea menghilang di pintu gerbang.
NANDO
Hah... lucu! Dia buat gue makin
penasaran.
Nando senyum-senyum sendiri.
FADE TO
6.
EXT. TAMAN - SORE
Nando mengarahkan lensa kameranya ke berbagai
tempat yang menarik perhatiannya. Hingga tanpa sadar, Nando mengarahkan kameranya
ke pohon rindang, dimana Dea sedang duduk dibawahnya. Lensa kamera Nando
langsung fokus menyoroti gerak-gerik Dea.
Dea melirik jam tangannya berkali-kali. Dea
memencet tombol di HP-nya, lalu meletakkannya begitu saja. Dea melakukan hal
itu berulang-ulang. Lelah memperhatikan, Nando menghampiri Dea.
Nando duduk disisi Dea. Dea hanya melirik
sekilas ke arah Nando, seakan tidak peduli, Dea kembali memencet tombol di
Hp-nya.
NANDO
Hmm.... udara sore ini bagus
ya? Sayang banget dilewatkan dengan wajah cemberut.
Dea memandang sinis.
DEA
Elo nyindir gue? Kalau elo mau
cari ribut, jangan sekarang! Gue lagi malas, malas, ngerti?!
NANDO
Sorry...
Nando melirik kiri-kanan.
NANDO
Teman elo mana? Biasanya
berdua.
DEA
Nggak tahu! Dia bilang mau
nemenin gue jalan-jalan. Dari tadi gue BBM, nggak di Read.
NANDO
Oh...
Nando melemparkan pertanyaan-pertanyaan kecil
dan Dea menanggapinya. Mereka terlibat pembicaraan seru.
FADE TO
Dea berdiri dari duduknya. Nando ikutan
berdiri.
DEA
Thank’s ya, elo udah nemenin
gue ngobrol. Untuk yang kemarin-kemarin gue minta maaf, gue terlalu jutek sama
elo.
NANDO
Nggak pa-pa. Sekarang kita
teman kan?
DEA
Ya!
Dea berbalik, melangkah meninggalkan Nando.
NANDO
Oh ya, nama loe?
Dea menoleh.
DEA
Dea.
NANDO
Okkk...
Dea. Bye-bye!
7.
INT. KAMAR NANDO - MALAM
Nando melihat hasil jepretannya. Wajah Dea kali
ini menghiasi memori kameranya.
NANDO
Ternyata...
elo gadis yang menyenangkan ya?!
Nando senyum-senyum sendiri.
NANDO
Sekarang...
elo lagi apa?
Nando mengacak-acak rambutnya asal.
NANDO
Aihh... parah! Kok gue jadi
ngomong sendiri? Dea? Kenapa gue jadi mikirin dia?
8.
INT. KAMAR DEA - MALAM
SERA
Sorry ya De, tadi sore gue
nggak jadi nyusul elo ke taman. Biasa,
Bokap-Nyokap nggak ada di rumah. Gue harus jagain adik gue yang rewelnya minta
ampun.
DEA
Iya, nggak pa-pa.
SERA
Elo nggak marah? Tumben?!
DEA
Ya, masa gue marah-marah terus
sih?!
SERA
Berarti elo nggak bete lagi?
Dea mengangguk.
SERA
Dia udah pulang?
Dea menggeleng.
SERA
Dia
udah nelpon elo, ngasih kabar?
Dea menggeleng lagi.
DEA
Kan elo sendiri yang bilang,
diatas gunung nggak ada sinyal, mana mungkin dia bisa ngabarin gue.
SERA
Terus... apa yang membuat elo
berubah?
DEA
Hmmm...
Dea tersenyum memikirkannya.
FADE TO
9.
INT. KANTIN KAMPUS - PAGI
Dea dan Sera asyik mengobrol. Nando muncul
menghampiri mereka.
NANDO
Boleh gabung?
Dea mengangguk setuju. Nando duduk di bangku
kosong sebelah Dea.
Sera memandang bingung, tidak biasanya. Sera
mendekatkan mulutnya ke telinga Dea.
SERA
Nggak
salah, De? (bisik).
DEA
Apanya
yang salah? (bisik).
SERA
Bukannya
elo nggak suka sama cowok ini?
DEA
Kapan
gue bilang nggak suka?
SERA
Kalian
baikan?
DEA
Jangan
bawel!
NANDO
Hello...
kok bisik-bisik? Apa gue ganggu kalian?
SERA
& DEA
Oh...
nggak kok (bersamaan).
10.
EXT. DEPAN PINTU GERBANG KAMPUS – SIANG
Dea celingak-celinguk ke jalanan. Dari arah
belakang, Nando mengendarai sepeda motor berhenti di depan Dea.
NANDO
Belum
pulang?
DEA
Nih
lagi nunggu taksi.
NANDO
Motor
elo?
DEA
Di
bengkel, rusak.
NANDO
Oh...
mau pulang bareng gue?
DEA
Hmmm...
(berpikir).
NANDO
Tenang aja, elo nggak bakal gue
culik kok. Gue akan antar elo sampai dirumah dengan selamat, gimana?
DEA
Hmmm... (masih berpikir).
NANDO
Ayo...
DEA
Iya deh!
Dea naik ke jok boncengan. Nando menjalankan
sepeda motornya, melaju meninggalkan kampus.
11.
EXT. JALAN RAYA – SIANG
NANDO
Masih
ingat dengan apa yang gue bilang tiap ketemu elo?
DEA
Apa?
NANDO
Takdir! Awalnya gue nggak
sengaja nabrak elo. Terus gue benerin motor elo yang mogok. Dan sekarang, gue
ngantarin elo pulang. Takdir yang hebat, kan?
Dea hanya tersenyum menanggapi celoteh Nando
yang ia tidak tahu apa artinya itu.
DISSOLVE TO
12.
INT. KAMAR DEA – MALAM
Dea senyum-senyum sendiri sambil memainkan
ponselnya. Sera memandang aneh dengan tingkah Dea yang tidak seperti biasanya.
SERA
Lagi
chat sama siapa sih? Kelihatannya
seru tuh?!
DEA
Nando.
SERA
Wah,
ada yang selingkuh nih?
DEA
Siapa yang selingkuh? Gue dan
Nando cuma temenan doang. Dia cowok yang baik, nggak ada salahnya kan gue juga baik
sama dia?
SERA
Kalau boleh gue kasih saran ya,
jangan terlalu baik deh. Setiap orang tuh beda-beda nanggapin kebaikan kita.
DEA
Iya.
Entah mendengar atau tidak, Dea hanya
mengiyakan omongan Sera sambil tangannya sibuk memencet tombol HP.
DEA
Elo tahu nggak...
Dea bersemangat bercerita.
DEA
Nando lucu banget, masa tiap
ngomong sama gue, dia selalu sangkut-pautkan dengan takdir. Tadi itu ya...
Bla bla bla, Dea bercerita panjang lebar. Sera
hanya diam mendengarkan.
13.
EXT. TAMAN – SORE
Nando dan Dea semakin dekat. Sore ini, Nando
mengajak Dea jalan-jalan di taman berdua. Dea menjadi objek foto Nando. Dea
senang sekali bisa berekspresi dengan banyak gaya.
DISSOLVE TO
14.
INT. KANTIN KAMPUS – SIANG
Nando dan Dea terlibat pembicaraan seru
sambil menikmati makan siang mereka. Nando bercerita dan Dea mendengarkan
sambil sesekali tertawa.
15.
EXT. PARKIRAN KAMPUS – SIANG
SERA
Motor elo masih di bengkel kan?
Elo pulang bareng gue aja. Gue bawa mobil kok.
DEA
Yah... gue keburu bilang ‘ya’
sama Nando buat ngantarin gue pulang.
SERA
Elo nggak dengerin saran gue?
DEA
Saran yang mana?
SERA
Jaga jarak sama Nando!
DEA
Lho, kok gitu? Kenapa?
SERA
Elo sama Nando beda mengartikan
pertemanan kalian.
Dea mencoba mencerna kata-kata Sera yang
selalu sok dewasa itu.
Nando muncul mengendarai sepeda motornya dan
berhenti di depan mereka.
NANDO
Pulang sekarang?
Dea mengangguk sambil duduk di jok boncengan.
DEA
Duluan
ya, Ra.
SERA
Okkk...
Daaa... Hati-hati.
Sera melambai.
16.
INT. KAMAR DEA – MALAM
Kata-kata Sera terus tergiang di pikiran Dea.
Dea mondar-mandir dikamarnya sambil mengartikan maksud kata-kata Sera.
17.
INT. KAMAR NANDO – MALAM
Nando merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Matanya menerawang jauh, menghadirkan sosok Dea yang belakangan ini mewarnai
hari-harinya.
18.
EXT. TAMAN – SORE
Nando sudah memutuskan, perasaannya pada Dea
sudah semakin dalam, melebihi perasaan sebagai teman. Dengan hati yang mantap,
Nando memutuskan mengutarakan isi hatinya.
Seperti yang Nando bayangkan, sore-sore
begini Dea suka jalan-jalan di taman, apalagi matahari sore sungguh bersahabat.
Nando menyiapkan sesuatu untuk Dea, album foto
yang berisi foto-foto Dea hasil jepretannya. Nando ingin sekali menunjukkannya
pada Dea. Di akhir albumnya, ada sebuah kertas kecil yang sengaja ditaruh
Nando. Kertas yang berisi ungkapan perasaannya.
Nando berjalan ragu menghampiri Dea yang
terlihat duduk sendiri di bangku taman.
Sebelum Nando bersuara, menyapa. Dea keburu
menoleh, menyadari kehadiran Nando.
DEA
Eh,
elo disini? Gue kira tadi...
Dea menjeda kata-katanya sendiri. Nando
tersenyum gugup.
NANDO
Hai
De, sendiri?
DEA
Berdua,
ta...
Kata-kata Dea terputus ketika seorang cowok
menghampiri mereka dengan dua buah harum manis ditangannya. Satu harum manis
itu diberikannya pada Dea.
JUAN
Nih
sayang, aku udah beli harum manis kesukaan kamu.
Dea meraih harum manis itu.
Nando tersentak, kaget, mendengar cowok itu
memanggil Dea dengan panggilan sayang.
DEA
Nando,
kenalin... ini Juan, cowok gue.
Seperti tersambar petir Nando mendengarnya.
DEA
Sayang... Nando ini teman
kampus aku. Dia photographer lho! Kalau
kamu naik gunung lagi, kamu bisa ajak dia, di puncak gunung kan, pemandangannya
bagus-bagus.
JUAN
Oh... boleh sayang, asal teman
kamu nggak ribet aja kayak kamu kalau diajak naik gunung.
DEA
Ihhh... aku cukup sekali ya
ikut kamu naik gunung. Nggak asyik!
JUAN
Iya-iya.
Dea dan Juan terlihat bahagia bersama.
Nando mundur perlahan. Ia berjalan menjauh,
meninggalkan semuanya, meninggalkan perasaannya pada Dea yang bahkan belum
terucap.
Takdir? Bukan takdir! Nando salah! Seperti
kata Dea, bukan takdir, hanya kesialannya bertemu Nando dan kesialan Nando
jatuh cinta pada Dea yang ternyata sudah memiliki seseorang di hatinya.
Tidak ada tempat untuk Nando. Menjauh... itu
yang terbaik.
Nando jatuh terduduk dengan perasaan hancur.
Nando memandangi langit sore yang semakin gelap, seperti sedang mengumpulkan
harapannya kembali.
_The
End_
Sebenarnya sih cerita awalnya Happy Ending, Nando dan
Dea yang awalnya berantem, terus lama kelamaan saling suka dan jadian. Awalnya,
bukan gue yang nulis naskah SKENARIO-nya, tapi salah satu teman gue di
komunitas VEKS. Karna banyak nggak suka ending-nya mudah ditembak, kayak FTV
gitu deh, jadilah SKENARIO-nya dirombak biar endingnya kejutan. Dan gue-lah
yang ditunjuk buat merubah sedikit (banyak sih) ceritanya, termasuk judulnya
juga diganti. Kelar deh, cerita baru dengan judul CINTA SENDIRIAN. Ya, walaupun
syutingnya batal.
Untuk penggunaan TRANSITION (CUT TO, DISSOLVE TO, FADE TO, FLASH TO) gue baru belajar, jika nggak sesuai tempatnya,
maklumin aja yah!!