Aku hanya seorang pengeja kata sendu. Yang sedikit abu-abu. Bukan seseorang yang sedang patah hati, lalu mengadu.

Rabu, 09 Mei 2018

[Review FILM] ANANTA - Hubungan Sebatas Kontrak Kerja



Dari trailernya sih, gue udah nebak endingnya pasti sama kayak film bioskop yang gue tonton bulan lalu. Dan benar, sama. Tapi gue tetap penasaran alur ceritanya kayak gimana. Toh, gue tetap menikmati film ini sampai selesai.

Di awal film, sudah disuguhi kelucuan ANANTA, cowok udik, polos, anak pindahan yang ketiban sial harus duduk di sebelah TANIA, cewek emosian, nggak punya teman, cuma ngabisin waktunya untuk melukis. Bukannya say hallo atau gimana, Tania langsung membuang barang-barang Anta yang ada di atas meja, plus mendorong cowok itu sampai jatuh ke lantai. Bukan cuma itu, gara-gara Tania yang nggak bisa menahan emosinya dan berteriak di dalam kelas disaat jam pelajaran, Anta tiba-tiba jadi berpuisi untuk mengalihkan perhatian guru agar tidak memarahi mereka berdua. Setelah kejadian itu, Anta nggak kapok mendekati Tania yang dipanggilnya Teh Tatan, meskipun Tania nggak suka panggilan itu. Tapi karna Anta suka membawa bekal ke sekolah yaitu nasi kerak kesukaan Tania, itulah yang membuat Tania luluh dan menerima kehadiran Anta. Karna Anta juga, Tania jadi punya banyak teman, nggak sendirian lagi.

Merasa Anta berbeda dan mengerti dirinya, Tania pun mengajak Anta ke rumah untuk menunjukkan hasil lukisannya. Saat itulah, Tania menawarkan Anta kerja sama. Tania melukis, Anta menjual lukisannya. Awalnya sih hal itu ditentang oleh Ibu Tania dan kedua kakaknya. Tapi Tania berhasil menyakinkan mereka dengan sebuah kontrak kerja yang sadis menurut gue. Its, gue nggak mau spoiler ya. Yang mau tahu, tonton sendiri. Kembali ke review film ini, setelah itu Anta jadi tahu banyak hal tentang Tania. Tania yang nggak akur dengan keluarganya karna sikap Tania yang temperamen. Bersamaan dengan itu, hadirlah sosok PIERRE. Kalo nggak salah, Pierre itu pemilik salah satu galeri lukisan di Yogyakarta. Tapi hal itu justru menimbulkan konflik yang lebih besar dan rumit. Anta tiba-tiba menghilang.

Secara keseluruhan sih, film ini sangat menghibur. Ada lucunya, sedihnya. Campur jadi satu. Gue suka karakter Anta yang diperankan Fero Walandouw. Cowok udiknya dapat banget. Gue juga suka karakter Tania yang diperankan Michelle Ziudith. Apalagi pas Tania meluk nyokapnya sambil nangis. Ngena banget gitu. Biasanya tuh, Tania suka mendem perasaannya sendiri. Tania juga nggak tahu gimana cara mengungkapkan kesedihannya. Tapi yang paling gue sayangkan sih, endingnya terkesan terburu-buru. Sampai gue masih nggak ngeh filmnya udah habis. Terus gue bilang gini, seriusan filmnya udah selesai? Udah, gitu aja?

Tapi, yang paling bikin film ini layak ditonton adalah alur ceritanya yang nggak gampang ketebak. Part komedinya dapat. Akting Fero dan Michelle top banget deh. Trus, apalagi ya? Lukisan-lukisan yang ditampilkan juga bagus. Emosi Tania yang nggak terkontrol pun bikin greget. Intinya, gue suka film ini.

Share:

2 komentar:

  1. Pas liat trailernya di Youtube. Fix.. pengen nonton pilem ini sama istri, tapi sayangnya udah nungguin bener-bener malah film ini nggak masuk di bioskop Gajahmada Tegal. PAs ngeliat jadwal di TRansmart cuma dapet satu jam tayang aja pas siang, pas Sabtunya mau nonton, ngecek filmnya lagi udah nggak ada -_-"

    Baca reviewnya makin yakin kalo ini film bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. WAH... ng bisa nonton thu. Tunggu aja filmnya keluar di Youtube

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.

MENU