Pages - Menu

MENU

Jumat, 25 November 2016

NINGGALIN JEJAK


Blog gue blog baru, gue akuin. Belum ada pengunjung sama sekali, gue akuin. Belum ada yang tahu gue punya blog, gue akuin. Belum ada yang tahu pemilik blognya ternyata kece, gue akuin. Huhuhuu... ngambil tisu, trus ngetik lagi. Okkk... lupakan! Karna itu, gue rajin baca blog-blog tetangga, terus ninggalin jejak dengan berkomentar. Siapa tahu mereka berbaik hati mampir juga ke blog gue. Ya, itupun kalau mereka punya waktu buat baca ocehan-ocehan yang nggak jelas di blog ini.

Blog yang sering gue kunjungi, tentunya blog yang sebelas dua belas sama blog gue. Bukan sebelas dua belas ocehan nggak jelasnya ya! Seperti gue suka posting tentang FTV, gue minat nulis skenario, gue suka cerpen, gue suka Drama Korea, gue suka travelling, gue suka komik, gue juga suka elo.. haaaahhhaaayyyy... Nah, blog-blog kayak gitulah yang gue cari. Tapi kadang, gue berkunjung ke berbagai macam blog kok, entah postingannya kayak gimana, yang jelas bisa menginspirasi.

Tadi tuh gue ngetik ‘Pengen jadi penulis skenariodi google pencarian, muncullah blog-blog yang membahas tentang hal itu. Terus, gue baca-baca dong dan akhirnya ninggalin jejak dengan komentar yang rada nggak jelas, kadang pengen gue edit, pengen gue hapus, tapi ya sudahlah... toh banyak kok komentar-komentar lain yang lebih nggak jelas dari komentar gue.

Menurut gue, ninggalin jejak itu menyenangkan. Ya, walaupun cuma sepatah dua patah kata. Tapi kadang gue berpikir keras sebelum berkomentar. "Apa ya yang harus gue tulis?" Tapi tetap, komentar gue nggak boleh menyinggung pemilik blog, ntar dikiranya nyari ribut, padahal nyari kunjungan balik.

Apa yang gue dapat dari ninggalin jejak? Cerita sedikit... sebelum gue berhasil nulis cerita FTV yang tayang kemarin-kemarin. Gue awalnya nggak tahu-menahu soal FTV, soal PH dan Ide cerita untuk FTV. Karna gue sering mampir dan ninggalin jejak di blog salah satu penulis cerita FTV, terus follow Twitter-nya dan Alhamdulillah di follow balik. Dari situlah, akhirnya gue ngikutin jejak dia nulis cerita FTV. Untuk cerita lengkapnya bakal gue posting dilain waktu. Ternyata nggak sia-sia kan berkunjung ke blog tetangga, baca-baca postingan mereka, ninggalin komentar?

Sekalian gue pengen berteman dengan sesama blogger, gue juga pengen tahu ada cerita apa sih diluar sana? Apa sih yang menarik dari kehidupan makhluk lain yang bernama manusia, selain gue? Ciielah, bahasa gue! Kan biasa tuh, kayak blogger personal yang suka berbagi cerita kehidupan mereka. Tapi jangan salah, ada kok blogger yang akhirnya jadi tenar, sebut saja Raditya Dika. Siapa sih yang nggak kenal Raditya Dika? Terus, Kevin Anggara?

Kalau Kevin Anggara, jujur gue baru tahu waktu nggak sengaja baca-baca blog tetangga tentang komunitas blogger. Kevin Anggara tuh blogger personal yang udah nerbitin buku, trus main film dan bahkan dapat 2 Awards sekaligus. Bayangkan, coba! Dari seorang, cuma seorang blogger personal bisa tenar kayak gitu. Gue yakin, banyak yang pengen ngikutin jejak mereka. Gue juga udah mampir di blog kak Kevin. Gue lihat... dia mulai jarang posting, mungkin sibuk kali ya. Tapi yang komentar di postingannya banyak banget, rame pokoknya deh blog kak Kevin dan gue juga ikutan berkomentar. Tau ah, jelas apa enggak komentar gue.

Kok bisa kayak gitu, bisa tenar? Bisa banyak komentarnya? Bisa rame blognya? Tebak?! Atau tanya mereka langsung! Kata gue sih, itu karna mereka rajin posting, rajin juga mungkin ninggalin jejak di blog tetangga dan ramah juga dengan para pembaca. Diluar itu, meneketehee...

Ada juga lho gue ketemu blog yang sama sekali nggak ngebalas comment pembaca, padahal tuh comment-nya udah bejibun, tapi satu pun nggak dibalas-balas. Tau ah, pemilik blog itu masih hidup apa enggak. Uppssss... sorry, bukan maksud nyumpahin! Mungkin, pemilik blognya sibuk kali ya, jadi nggak punya waktu buat baca comment dan ngebalas comment.

Bagi gue sendiri, kalau nggak ada satu pun comment di postingan gue, itu yang gawat! Itu artinya kan postingan gue nggak menarik untuk dibaca, jadi apa yang mau dikomentarin. Atau lebih gawatnya lagi kalau blog gue nggak ada pengunjungnya sama sekali, otomatis postingan gue nggak tersentuh pembaca. Huhuhuu... ngambil tisu lagi, eh tisunya malah habis. Huhuhuu... Lupakan!

Sekian dari gue dan terimakasih... Itulah ocehan-ocehan nggak jelas dari Makhluk Nyeleneh kali ini. Lain waktu, kita sambung lagi.

Minggu, 20 November 2016

Skenario Film Pendek - CINTA SENDIRIAN


Awalnya sih gue nulis naskah ini untuk film pendek yang bakal gue buat sama teman-teman gue di komunitas filmmaker. Sayang banget, baru setengah jalan, komunitas gue buuu-barrrr. Yah biasa... cekcok gitu. Dari pada ribut mulu, ya terpaksa dibubarin.

Naskah gue, ya tinggal naskah biasa, nggak jadi apa-apa! Daripada gitu, gue share aja bagi yang suka baca. Ini SKENARIO pertama gue yang bisa gue selesain sejak gue punya minat jadi PENULIS SKENARIO.

Selamat membaca dan berkhayal... ^-^

-CINTA SENDIRIAN-

IDE CERITA         : VEKS (VIDEO EDITING KOTA SAKTI)
PENULIS SKENARIO   : VEKS
                     RAYA MIPI
GENRE              : ROMANCE

CAST :    DEA
          NANDO
          SERA
          JUAN

PREMIS : Nando pikir pertemuannya dengan Dea adalah takdir yang disebutnya CINTA. Dea sendiri sebaliknya, bagi Dea pertemuannya dengan Nando adalah kesialan yang harus ia hindari.
      

1. EXT. TAMAN - SORE

Nando berjalan menyusuri taman dengan sebuah kamera yang digantung di lehernya. Nando memotret apa saja yang ia temui. Tak jauh dari tempat Nando, dua orang gadis duduk santai sambil bercerita.

Nando asyik memotret sampai tidak menyadari jaraknya semakin dekat dengan kedua gadis itu. Nando berjalan mundur saat mendapati seekor kupu-kupu cantik dalam viewport-nya. Lensa kamera Nando mengikuti kemanapun kupu-kupu itu terbang.

Brukkk... Tanpa sengaja, Nando menabrak salah satu gadis itu dan jatuh. Kedua gadis itu terkejut, berdiri. Dea, gadis yang ditabrak Nando bersungut kesal.

DEA
Hei!(teriak).

NANDO
Sorry, sorry... elo nggak pa-pa?

DEA
Gimana gue nggak pa-pa, elo udah nabrak gue! Tangan gue sakittt tahu!

Dea memegangi tangan kanannya yang terasa nyeri.

DEA
Lagian, mata elo kemana sih? Nggak dipake, apa?!

NANDO
Sorry banget! Gue emang salah, gue terlalu asyik motret, nggak tahu kalau ada elo di belakang gue. Sini, gue lihat tangan elo...

Nando menjulurkan tangannya, ingin meraih tangan Dea. Dea langsung menepis tangan Nando.

DEA
Hei... modus ya biar bisa megang tangan gue?!

NANDO
Nggak, Nggak! Gue nggak ada maksud apa-apa.

DEA
Alasan! Bilang aja elo sengaja, iya kan?!

SERA
Udahlah De, jangan ribut. Malu dilihatin orang-orang.

Dea menoleh pada sahabatnya, Sera.

     DEA
     Pulang yuk!

Dea menyambar tasnya dan berlalu pergi.

SERA
Sorry ya, dia kalau lagi bete emang suka marah-marah.

Nando mengangguk maklum.
Sera berlari menyusul Dea.
Nando hanya geleng-geleng kepala menatap punggung kedua gadis itu yang menjauh.


2. INT. KAMAR NANDO - MALAM

Nando duduk di depan laptopnya yang menyala. Tangan Nando memencet tanda panah ke kanan yang menampilkan gambar-gambar hasil jepretannya seharian ini. Tangan Nando berhenti ketika layar laptopnya menampilkan wajah Dea, gadis yang tidak sengaja ia tabrak tadi sore di taman.

NANDO
Lho... kok? (bingung).

Mata Nando menerawang jauh. Nando jadi ingat, saat bertabrakan tadi Nando tidak sengaja memotret gadis itu. Wajah gadis itu terlihat terkejut dalam foto. Nando memperhatikan lekat-lekat. Meskipun tidak tersenyum, wajah gadis itu cukup menarik.

Nando menyungingkan senyum tipis. Matanya tak lepas dari wajah gadis di foto itu.

NANDO
Nggak, nggak! (menggeleng). Dia kan jutek banget!

Nando menutup laptopnya sebelum khayalannya tentang gadis itu semakin jauh.


3. EXT. KORIDOR KAMPUS - PAGI

Nando berjalan santai sambil sesekali menyapa teman-temannya yang berpapasan dengannya. Saat membelok di ujung koridor, seorang gadis muncul, hampir bertabrakan dengan Nando. Nando menyurut mundur. Nando terperangah, ia tidak asing dengan wajah gadis itu, bergitupun gadis itu yang merasa mengenal Nando.

NANDO
Hai... (tersenyum ramah) ketemu lagi! Elo cewek yang kemarin, kan?

DEA
Elo... lagi?! (mendengus). Dunia ini kecil banget ya? Bisa-bisanya gue ketemu elo lagi?!

NANDO
Takdir mungkin?! Ternyata... kita kuliah di kampus yang sama. Berarti kita akan lebih sering bertemu. Gue... Nando.

Nando mengulurkan tangan, mengajak bersalaman. Dea hanya melirik sekilas tangan Nando yang terjulur ke arahnya.

DEA
Bukan takdir, tapi kesialan gue ketemu elo.

Dea berlalu bergitu saja.

NANDO
Ini memang takdir (teriak). Sampai ketemu lagi!

Nando melambaikan tangannya, meski Dea sama sekali tidak melihat lambaian tangan Nando.


4. INT. KANTIN KAMPUS – PAGI

Dea memainkan gelas minumannya yang tersisa setengah. Dea tidak bersemangat, pikirannya kacau. Sera yang duduk di depan Dea jadi prihatin.

SERA
Masih bete?

Dea mengangguk. Dea menghembuskan nafas panjang. Ia menoleh ke samping, tanpa sengaja menangkap sosok yang sangat menyebalkan baginya. Nando yang duduk di pojok kantin tersenyum menyapa. Dea mengalihkan pandangan, tidak suka.

DEA
Kok bisa ya dia ada dimana-mana? Bikin kesal aja!

SERA
Siapa?

DEA
Tuh!

Dea menunjuk Nando dengan dagunya.

     SERA
Itu kan cowok yang nabrak elo kemarin. Kuliah disini juga? Kok baru sekarang lihat di kampus? Cowok itu ngambil jurusan apa? Elo udah tahu namanya belum?

DEA
Hei... elo kayak wartawan aja banyak tanya! Elo suka sama cowok itu, tanya sendiri sana!

SERA
Hahaha... Nggaklah! Mana mungkin gue suka sama cowok yang nggak kita kenal itu. Tapi tunggu... elo bete karna cowok itu? Atau...

DEA
Dua-duanya. Gue sebel, gue bete. Dia pergi nggak ngasih tahu gue, mana sampai sekarang nggak ngasih kabar lagi. Eh, gue malah ketemu cowok rese’, lengkapkan penderitaan gue?!

DISSOLVE TO

5. EXT. PARKIRAN KAMPUS - SIANG

Dea berkali-kali menstarter motor maticnya.

     DEA
     Ayolah...

Dea memainkan kunci motornya, memutar kekanan dan kekiri, menghidupkan dan mematikan.

DEA
Ah... pakai mogok lagi (menggerutu).

     NANDO
     Motor elo kenapa? Mogok?

Dea menoleh, tahu-tahu saja Nando sudah berdiri di sebelahnya.

NANDO
Butuh bantuan?

DEA
Elo bisa, apa?!

Nando mengangguk mantap. Nando mengotak-atik motor Dea. Selang beberapa menit, motor Dea akhirnya bisa distarter.

DEA
Lho, kok?! (bingung).

NANDO
Takdir mungkin?! Motor elo tiba-tiba mogok biar bisa gue benerin.

DEA
Takdir! Takdir! Takdir lagi! Elo percaya banget ya sama takdir?! Hati-hati lho, takdir tidak berpihak sama siapapun.

NANDO
Takdir berpihak sama gue. Buktinya, kita dipertemukan terus. Sekarang kita impas kan? Gue nabrak elo nggak sengaja dan gue nembus kesalahan gue dengan benerin motor elo. Deal?

DEA
Terserah...

Dea acuh tak acuh menjalankan motornya meninggalkan Nando.

NANDO
Hei... elo belum bilang terima kasih. Elo juga belum ngasih tahu nama elo (teriak).

Dea menghilang di pintu gerbang.

NANDO
Hah... lucu! Dia buat gue makin penasaran.

Nando senyum-senyum sendiri.

FADE TO

6. EXT. TAMAN - SORE

Nando mengarahkan lensa kameranya ke berbagai tempat yang menarik perhatiannya. Hingga tanpa sadar, Nando mengarahkan kameranya ke pohon rindang, dimana Dea sedang duduk dibawahnya. Lensa kamera Nando langsung fokus menyoroti gerak-gerik Dea.

Dea melirik jam tangannya berkali-kali. Dea memencet tombol di HP-nya, lalu meletakkannya begitu saja. Dea melakukan hal itu berulang-ulang. Lelah memperhatikan, Nando menghampiri Dea.

Nando duduk disisi Dea. Dea hanya melirik sekilas ke arah Nando, seakan tidak peduli, Dea kembali memencet tombol di Hp-nya.

NANDO
Hmm.... udara sore ini bagus ya? Sayang banget dilewatkan dengan wajah cemberut.

Dea memandang sinis.

DEA
Elo nyindir gue? Kalau elo mau cari ribut, jangan sekarang! Gue lagi malas, malas, ngerti?!

NANDO
Sorry...

Nando melirik kiri-kanan.

NANDO
Teman elo mana? Biasanya berdua.

DEA
Nggak tahu! Dia bilang mau nemenin gue jalan-jalan. Dari tadi gue BBM, nggak di Read.

NANDO
Oh...

Nando melemparkan pertanyaan-pertanyaan kecil dan Dea menanggapinya. Mereka terlibat pembicaraan seru.

FADE TO

Dea berdiri dari duduknya. Nando ikutan berdiri.

DEA
Thank’s ya, elo udah nemenin gue ngobrol. Untuk yang kemarin-kemarin gue minta maaf, gue terlalu jutek sama elo.

NANDO
Nggak pa-pa. Sekarang kita teman kan?

DEA
Ya!

Dea berbalik, melangkah meninggalkan Nando.

NANDO
Oh ya, nama loe?

Dea menoleh.

     DEA
     Dea.

     NANDO
     Okkk... Dea. Bye-bye!


7. INT. KAMAR NANDO - MALAM

Nando melihat hasil jepretannya. Wajah Dea kali ini menghiasi memori kameranya.

     NANDO
     Ternyata... elo gadis yang menyenangkan ya?!

Nando senyum-senyum sendiri.

     NANDO
     Sekarang... elo lagi apa?

Nando mengacak-acak rambutnya asal.

NANDO
Aihh... parah! Kok gue jadi ngomong sendiri? Dea? Kenapa gue jadi mikirin dia?


8. INT. KAMAR DEA - MALAM

SERA
Sorry ya De, tadi sore gue nggak jadi nyusul elo ke taman.  Biasa, Bokap-Nyokap nggak ada di rumah. Gue harus jagain adik gue yang rewelnya minta ampun.

DEA
Iya, nggak pa-pa.

SERA
Elo nggak marah? Tumben?!

DEA
Ya, masa gue marah-marah terus sih?!

SERA
Berarti elo nggak bete lagi?

Dea mengangguk.

SERA
Dia udah pulang?

Dea menggeleng.

     SERA
     Dia udah nelpon elo, ngasih kabar?

Dea menggeleng lagi.

     DEA
Kan elo sendiri yang bilang, diatas gunung nggak ada sinyal, mana mungkin dia bisa ngabarin gue.

SERA
Terus... apa yang membuat elo berubah?

DEA
Hmmm...

Dea tersenyum memikirkannya.

FADE TO

9. INT. KANTIN KAMPUS - PAGI

Dea dan Sera asyik mengobrol. Nando muncul menghampiri mereka.

NANDO
Boleh gabung?

Dea mengangguk setuju. Nando duduk di bangku kosong sebelah Dea.

Sera memandang bingung, tidak biasanya. Sera mendekatkan mulutnya ke telinga Dea.

     SERA
     Nggak salah, De? (bisik).

     DEA
     Apanya yang salah? (bisik).

     SERA
     Bukannya elo nggak suka sama cowok ini?

     DEA
     Kapan gue bilang nggak suka?

     SERA
     Kalian baikan?

     DEA
     Jangan bawel!

     NANDO
     Hello... kok bisik-bisik? Apa gue ganggu kalian?

     SERA & DEA
     Oh... nggak kok (bersamaan).


10. EXT. DEPAN PINTU GERBANG KAMPUS – SIANG

Dea celingak-celinguk ke jalanan. Dari arah belakang, Nando mengendarai sepeda motor berhenti di depan Dea.

     NANDO
     Belum pulang?

     DEA
     Nih lagi nunggu taksi.

     NANDO
     Motor elo?

     DEA
     Di bengkel, rusak.

     NANDO
     Oh... mau pulang bareng gue?

     DEA
     Hmmm... (berpikir).

     NANDO
Tenang aja, elo nggak bakal gue culik kok. Gue akan antar elo sampai dirumah dengan selamat, gimana?

DEA
Hmmm... (masih berpikir).

NANDO
Ayo...

DEA
Iya deh!

Dea naik ke jok boncengan. Nando menjalankan sepeda motornya, melaju meninggalkan kampus.


11. EXT. JALAN RAYA – SIANG

     NANDO
     Masih ingat dengan apa yang gue bilang tiap ketemu elo?

     DEA
     Apa?

     NANDO
Takdir! Awalnya gue nggak sengaja nabrak elo. Terus gue benerin motor elo yang mogok. Dan sekarang, gue ngantarin elo pulang. Takdir yang hebat, kan?

Dea hanya tersenyum menanggapi celoteh Nando yang ia tidak tahu apa artinya itu.

DISSOLVE TO

12. INT. KAMAR DEA – MALAM

Dea senyum-senyum sendiri sambil memainkan ponselnya. Sera memandang aneh dengan tingkah Dea yang tidak seperti biasanya.

     SERA
     Lagi chat sama siapa sih? Kelihatannya seru tuh?!

     DEA
     Nando.
    
     SERA
     Wah, ada yang selingkuh nih?

     DEA
Siapa yang selingkuh? Gue dan Nando cuma temenan doang. Dia cowok yang baik, nggak ada salahnya kan gue juga baik sama dia?

SERA
Kalau boleh gue kasih saran ya, jangan terlalu baik deh. Setiap orang tuh beda-beda nanggapin kebaikan kita.

DEA
Iya.

Entah mendengar atau tidak, Dea hanya mengiyakan omongan Sera sambil tangannya sibuk memencet tombol HP.

     DEA
Elo tahu nggak...

Dea bersemangat bercerita.

     DEA
Nando lucu banget, masa tiap ngomong sama gue, dia selalu sangkut-pautkan dengan takdir. Tadi itu ya...

Bla bla bla, Dea bercerita panjang lebar. Sera hanya diam mendengarkan.


13. EXT. TAMAN – SORE

Nando dan Dea semakin dekat. Sore ini, Nando mengajak Dea jalan-jalan di taman berdua. Dea menjadi objek foto Nando. Dea senang sekali bisa berekspresi dengan banyak gaya.

DISSOLVE TO

14. INT. KANTIN KAMPUS – SIANG

Nando dan Dea terlibat pembicaraan seru sambil menikmati makan siang mereka. Nando bercerita dan Dea mendengarkan sambil sesekali tertawa.


15. EXT. PARKIRAN KAMPUS – SIANG
    
     SERA
Motor elo masih di bengkel kan? Elo pulang bareng gue aja. Gue bawa mobil kok.

     DEA
Yah... gue keburu bilang ‘ya’ sama Nando buat ngantarin gue pulang.

SERA
Elo nggak dengerin saran gue?

DEA
Saran yang mana?

SERA
Jaga jarak sama Nando!

DEA
Lho, kok gitu? Kenapa?

SERA
Elo sama Nando beda mengartikan pertemanan kalian.

Dea mencoba mencerna kata-kata Sera yang selalu sok dewasa itu.

Nando muncul mengendarai sepeda motornya dan berhenti di depan mereka.

NANDO
Pulang sekarang?

Dea mengangguk sambil duduk di jok boncengan.
    
     DEA
     Duluan ya, Ra.

     SERA
     Okkk... Daaa... Hati-hati.

Sera melambai.


16. INT. KAMAR DEA – MALAM

Kata-kata Sera terus tergiang di pikiran Dea. Dea mondar-mandir dikamarnya sambil mengartikan maksud kata-kata Sera.


17. INT. KAMAR NANDO – MALAM

Nando merebahkan tubuhnya diatas kasur. Matanya menerawang jauh, menghadirkan sosok Dea yang belakangan ini mewarnai hari-harinya.


18. EXT. TAMAN – SORE

Nando sudah memutuskan, perasaannya pada Dea sudah semakin dalam, melebihi perasaan sebagai teman. Dengan hati yang mantap, Nando memutuskan mengutarakan isi hatinya.

Seperti yang Nando bayangkan, sore-sore begini Dea suka jalan-jalan di taman, apalagi matahari sore sungguh bersahabat.

Nando menyiapkan sesuatu untuk Dea, album foto yang berisi foto-foto Dea hasil jepretannya. Nando ingin sekali menunjukkannya pada Dea. Di akhir albumnya, ada sebuah kertas kecil yang sengaja ditaruh Nando. Kertas yang berisi ungkapan perasaannya.

Nando berjalan ragu menghampiri Dea yang terlihat duduk sendiri di bangku taman.

Sebelum Nando bersuara, menyapa. Dea keburu menoleh, menyadari kehadiran Nando.

     DEA
     Eh, elo disini? Gue kira tadi...

Dea menjeda kata-katanya sendiri. Nando tersenyum gugup.

     NANDO
     Hai De, sendiri?

     DEA
     Berdua, ta...

Kata-kata Dea terputus ketika seorang cowok menghampiri mereka dengan dua buah harum manis ditangannya. Satu harum manis itu diberikannya pada Dea.

     JUAN
     Nih sayang, aku udah beli harum manis kesukaan kamu.

Dea meraih harum manis itu.

Nando tersentak, kaget, mendengar cowok itu memanggil Dea dengan panggilan sayang.

     DEA
     Nando, kenalin... ini Juan, cowok gue.

Seperti tersambar petir Nando mendengarnya.

     DEA
Sayang... Nando ini teman kampus aku. Dia photographer lho! Kalau kamu naik gunung lagi, kamu bisa ajak dia, di puncak gunung kan, pemandangannya bagus-bagus.

JUAN
Oh... boleh sayang, asal teman kamu nggak ribet aja kayak kamu kalau diajak naik gunung.

DEA
Ihhh... aku cukup sekali ya ikut kamu naik gunung. Nggak asyik!

JUAN
Iya-iya.

Dea dan Juan terlihat bahagia bersama.

Nando mundur perlahan. Ia berjalan menjauh, meninggalkan semuanya, meninggalkan perasaannya pada Dea yang bahkan belum terucap.

Takdir? Bukan takdir! Nando salah! Seperti kata Dea, bukan takdir, hanya kesialannya bertemu Nando dan kesialan Nando jatuh cinta pada Dea yang ternyata sudah memiliki seseorang di hatinya.

Tidak ada tempat untuk Nando. Menjauh... itu yang terbaik.

Nando jatuh terduduk dengan perasaan hancur. Nando memandangi langit sore yang semakin gelap, seperti sedang mengumpulkan harapannya kembali.

_The End_

Sebenarnya sih cerita awalnya Happy Ending, Nando dan Dea yang awalnya berantem, terus lama kelamaan saling suka dan jadian. Awalnya, bukan gue yang nulis naskah SKENARIO-nya, tapi salah satu teman gue di komunitas VEKS. Karna banyak nggak suka ending-nya mudah ditembak, kayak FTV gitu deh, jadilah SKENARIO-nya dirombak biar endingnya kejutan. Dan gue-lah yang ditunjuk buat merubah sedikit (banyak sih) ceritanya, termasuk judulnya juga diganti. Kelar deh, cerita baru dengan judul CINTA SENDIRIAN. Ya, walaupun syutingnya batal.
Untuk penggunaan TRANSITION (CUT TO, DISSOLVE TO, FADE TO, FLASH TO)  gue baru belajar, jika nggak sesuai tempatnya, maklumin aja yah!!

Jumat, 04 November 2016

PENULIS SKENARIO BUTUH SEORANG PENEMU?


Gue baru aja baca blog tetangga, tentang seorang PENULIS SKENARIO sinetron Kiamat Sudah Dekat yaitu MUSFAR YASIN, katanya... PENULIS SKENARIO butuh seorang penemu.

Gue kutip sedikit dari blog tetangga, isinya gini... "PENULIS SKENARIO di Indonesia butuh seorang penemu. Sebab, sekarang ini kebanyakan PRODUSER hanya menggunakan mereka yang sudah dikenalnya. Itupun sebagian besar hanyalah seorang tukang ketik yang menuruti kemauan PRODUSERnya."

Gue sendiri, pengen banget jadi PENULIS SKENARIO, berarti gue butuh ‘penemu’ dong! Yah sayang banget, gue nggak punya koneksi ke PH. Gimana ya caranya untuk dapat ‘penemu’? Dan sebaliknya, apa para ‘penemu’ itu ‘mencari’ calon PENULIS SKENARIO?

Gue yakin, diluar sana banyak sekali calon PENULIS SKENARIO yang bingung naskah mereka mau dikemanain, apalagi untuk mereka yang sama sekali nggak kenal orang-orang TV.

Setelah gue pikir-pikir, untuk dapat ‘penemu’ kita harus terlihat. Caranya? Cara gue, gue buat blog ini, gue posting banyak hal tentang film, sinetron dan skenario yang gue buat sendiri. Yah, gue berharapnya ada PRODUSER, atau siapa aja deh yang berhubungan dengan PENULIS SKENARIO yang baca blog gue. Siapa tahu mereka suka sama cerita yang gue tulis #Ngarep. Tapi kalau kayak gitu sih, 0,00... persen ya kesempatan gue buat bisa jadi PENULIS SKENARIO. Hahaha... Mungkin harusnya gue nyerahin naskah gue langsung ke PH-nya.

Gue sedikit beruntung, beberapa waktu yang lalu, gue tertarik sama FTV, trus gue nulis sinopsis FTV. Dua sinopsis FTV berhasil gue tulis setelah baca sinopsis-sinopsis FTV lain dari blog tetangga. Udah tuh, modal nekat gue kirim sinopsis FTV itu ke PH yang biasa produksi FTV, gue kirim lewat email. Tiga bulan kemudian, BUMMMM!! Gue dapat kabar, sinopsis FTV gue dua-duanya diterima. Wahhh... gue senangnya bukan main. Satu bulan kemudian, tayang deh dua FTV gue. Untuk pertama kalinya, nama gue nongol dilayar kaca sebagai penulis cerita/ide cerita. Yuhuuuuu! Selamat untuk diri gue sendiri. Tapi untuk kedepannya, gue pengen nulis cerita FTV sekaligus skenario lengkapnya. Moga aja bisa! Aminnnn...

Balik lagi ke ‘penemu’. Gimana caranya dapat ‘penemu’? Ada yang tahu caranya?

Untuk para pejuang, calon PENULIS SKENARIO diluar sana, ayo tetap semangat! Kata orang bijak : Nggak ada yang nggak mungkin didunia ini selama kita nggak berhenti berusaha. Semangat!